fatika laila
Senin, 16 Januari 2012
perpisahan termanis
Kamis, 24 November 2011
AKHLAKUL karimah
2
Menurut Imam Gazali, akhlak adalah keadaan yang bersifat batin dimana dari sana lahir perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan tanpa dihitung resikonya. Sedangkan ilmu akhlak adalah ilmu yang berbicara tentang baik dan buruk dari suatu perbuatan. Akhlak adalah netral, artinya ada akhlak yang terpuji (al akhlaq al mahmudah) dan ada akhlak yang tercela (al akhlaq al mazmumah). Ketika berbicara tentang nilai baik buruk maka muncullah persoalan tentang konsep baik buruk. Dari sinilah kemudian terjadi perbedaan konsep
antara akhlak dengan etika.
Berarti Urgensi Akhlaq adalah sesuatu yang mendorong manusia untuk melakukan pentingnya hidup berakhlaq agar mendapatkan suatu nilai yang baik dari kehidupan pribadi & sosial. Jikalau manusia Akhlaq merupakan suatu yang tidak penting maka bencana akan siap menyapa orang tersebut, entah itu dikucilkan, dijauhkan, bahkan bisa tidak diajak bergaul dalam sosial, selain itu apabila manusia benar – benar tidak merasa penting berakhlaq maka akan menyangkut etika & moralnya orang tersebut . Maka dari itu kita harus kembali kepada hakikat Akhlaq yang semstinya yaitu pentingnya hidup berakhlaq karena Nabi SAW sendiri diutus untuk menyempurnakan Akhlaq Karimah.
7
cinta segitiga
Cinta segitiga .
Suatu hari di sebuah sekolah SMA di Surabaya, Sinta yang kala itu sedang duduk dikelas 2 SMA jatuh cinta pada seorang temannya yang bernama Dino. Sinta tahu, mencintai Dino sama saja dengan menyakiti hatinya. Tetapi Sinta sadar, kalau perasaan cinta itu bisa datang kapan saja, siapa saja, dan dimana saja.
Hingga suatu hari, Dino tak sengaja membaca selembar kertas yang ternyata adalah curatan hati Sinta yang ada di buku tulis IPA milik Sinta yang sedang Dino pinjam. Dino sekarang tahu, apa yang sedang dirasakan Sinta. Hingga suatu hari, Dino menayakannya langsung pada Sinta,
Dino : "Sin, apa benar yang kamu tulis itu adalah kenyataan?" tanya Dino
Ketika itu Sinta tidak tahu apa yang dimaksud oleh Dino. Kemudian Sinta balik bertanya,
Sinta : "Kamu nanya apa sich Din, aku nggak ngerti dech!"
Dino : "Apa benar kalo selama ini kamu suka sama aku Sin??"
Ketika mendengar pertanyaan Dino tersebut hati Sinta berdetak sangat kencang. Sinta tidak tahu harus menjawab apa. Kemudian, Sinta langsung pergi meninggalkan Dino ke ruang kelas.
Disamping itu, selama ini Sinta tidak sadar, bahwa ada seorang cowo' yang diam - diam menyukai dirinya. Cowo' itu bernama Tyas. Tyas memang sudah lama menyukai Sinta, jauh sebelum Sinta mengenal Tyas. Hingga suatu ketika Sinta Tyas menyatakan cinta yang selama ini dipendamnya kepada Sinta,
Tyas : "Sin, aku mau ngomong ma kamu."
Sinta : "Iya udha, tinggal ngomong aja."
Tyas : "Tapi ini penting Sin. Q harap kamu mau ngerti."
Sinta : "Oke, emang kamu mau ngomong apa?"
Tyas : "Sin, sebenarnya aku . . . aku . . . aku . . .
Sinta : "Kamu ngomong apa sich yas, kox aku aku?? Ngomong yang jelas donx, jangan buat orang penasaran kaya' ini."
Tyas : "Iya - iya Sin, sory. Aku tuh sebenernya pengend ngomong ma kamu kalo aku tuh sebenrnya suka ma kamu."
Sinta : "Apa? Kamu suka ma aku? Beneran? Tapi, ada yang harus kamu tahu, kalo aku tuh nganggap kamu cuma sebagai temend, nggak lebih. Jadi sory iya yas, aku nggak bisa terima cinta kamu, karna hati aku udha cinta bangetz pada seseorang, sory bangetz iaa.."
Tyas : "Iya dech Sin, aku ngerti kox perasaan kamu. Semoga kamu bisa mendapatkan cinta kamu itu ya.. "
Sinta : "Iya thx udha mau ngertiin aku."
Tyas : "Sama - sama"
Sinta lalu meninggalkan Tyas untuk pergi ke ruang kelasnya.
Sinta juga mempunyai seorang sahabat dekat bernama Dina. Dina bercerita semua tentang Dino kepada Sinta.
Dina : "Sin, ada yang harus kamu tahu tentang Dino."
Sinta : "Apa Din?"
Dina : "Ternyata, Dino itu sudah punya pacar."
Sinta : "Nggak mungkin Din, kamu pasti salah kan?"
Dina : "Nggak Sin, ini beneran! jawab Dina
Bagai diambar petir, hati Sinta terasa sakit teriris - iris dan Sinta pun menangis. Beberapa waktu kemudian, Sinta ingin melupakan cintanya kepada Dino, walopun hatinya sangat sakit.
Hingga suatu saat Sinta teringat kembali pada Tyas, teman yang dulu pernah menyatakan cinta kepadanya tetapi ia tolak karna hatinya masih cinta dengan Dino. Sinta idak tahu, kenapa tiba - tiba dia kepikiran dengan Tyas. Ketika Sinta ingin mengenal Tyas lebih dalam, barulah Sinta tahu bahwa tenyata Tyas sudah mempunyai kekasih dan Tyas telah melupakan segala rasa cinta itu kepada dirinya. Sinta sedih, kenapa kisah cintanya harus berakhir dengan berurai air mata. Akhirnya Sinta sadar, bahwa cinta tu harus memilih, cinta itu mengorbankan perasaan, seperti pengorbanannya untuk Dino dan juga Tyas Sinta juga sadar, kalo ternyata cinta itu harus memilih..
Selasa, 22 November 2011
hukum syariat islam
Mengenal Macam-macam Hukum di Syari’at Islam
Alhamdulillah segala puji bagi Allah swt yang telah memberikan berbagai nikmat yang tidak kita dapatkan selain dari sisi-Nya. Shalawat serta salam kita hanturkan kepada Nabi Muhammad saw dan kepada seluruh Nabi Allah serta para Rasul-Nya.
Syari’at Islam mempunyai 2 sumber hukum dalam menetapkan undang-undangnya, yaitu: Al-Qur’an dan Hadits, walaupun sebagain ‘ulama’ memasukkan ijma’ dan qiyas sebagai sumber hukum syari’at Islam. Segala ketetapan di dalam agama Islam yang bersifat perintah, anjuran, larangan, pemberian pilihan atau yang sejenisnya dinamakan sebagai hukum-hukum syara’ atau hukum-hukum syari’at atau hukum-hukum agama.
Hukum syara’ adalah seruan Syari’ (pembuat hukum) yang berkaitan dengan aktivitas hamba (manusia) berupa tuntutan, penetapan dan pemberian pilihan. Dikatakan Syari’ tanpa menyebutkan Allah swt sebagai pembuat hukum karena agar sunnah Nabi Muhammad saw termasuk didalamnya. Dikatakan pula “aktivitas hamba”, tidak menggunakan mukallaf (orang yang dibebani hukum), agar hukum itu mencakup anak kecil dan orang gila.
Secara garis besar ada 5 macam hukum syara’ yang mesti diketahui oleh kita:
1. Wajib
2. Sunnah
3. Haram
4. Makruh
5. Mubah
1. Wajib: para ‘ulama’ memberikan banyak pengertian mengenainya, antara lain:
“Suatu ketentuan agama yang harus dikerjakan kalau tidak berdosa“. Atau “Suatu ketentuan jika ditinggalkan mendapat adzab“
Contoh: makan atau minum dengan menggunakan tangan kanan adalah wajib hukumnya, jika seorang Muslim memakai tangan kiri untuk makan atau minum, maka berdosalah dia.
Contoh lain, Shalat subuh hukumnya wajib, yakni suatu ketentuan dari agama yang harus dikerjakan, jika tidak berdosalah ia.
Alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian diatas adalah atas dasar firman Allah swt:
(فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (النور:63
“….Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nur: 63)
Dari ayat diatas telah jelas bahwa setiap orang yang melanggar perintah agama maka akan ditimpa musibah atau adzab, dan orang yang ditimpa adzab itu tidak lain melainkan mereka yang menyalahi aturan yang telah ditetapkan.
2. Sunnah:
“Suatu perbuatan jika dikerjakan akan mendapat pahala, dan jika ditinggalkan tidak berdosa“. Atau bisa anda katakan : “Suatu perbuatan yang diminta oleh syari’ tetapi tidak wajib, dan meninggalkannya tidak berdosa“
Contoh: Nabi saw bersabda:
-صُمْ يَوْمًا وَأَفْطِرْ يَوْمًا. -رواه البخاري و مسلم
Artinya: “Shaumlah sehari dan berbukalah sehari“. Hadits riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Dalam hadits ini ada perintah -صُمْ- “shaumlah”, jika perintah ini dianggap wajib, maka menyalahi sabda Nabi saw yang berkenaan dengan orang Arab gunung, bahwa kewajiban shaum itu hanya ada di bulan Ramadhan.
..مَا فَرَضَ اللَّهُ عَلَيَّ مِنْ الصِّيَامِ؟ فَقَالَ شَهْرَ رَمَضَانَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ شَيْئًا….
“….apa yang Allah wajibkan kepadaku dari shaum? Beliau bersabda: (shaum) bulan ramadhan, kecuali engkau mau bertathauwu’ (melakukan yang sunnah)….” Hadits riwayat Imam Bukhari.
Dari riwayat ini jelas bahwa shaum itu yang wajib hanyalah shaum di bulan ramadhan sedangkan lainnya bukan. Jika lafadz perintah dalam hadits yang pertama “shaumlah” itu bukan wajib, maka ada 2 kemunginan hukung yang bias di ambil:
1.Sunnah
2. Mubah
Shaum adalah suatu amalan yang berkaitan dengan ibadah, maka jika ada perintah yang berhubungan dengan ibadah tetapi tidak wajib, maka hukumnya sunnah. Kalau dikerjakan mendapat pahala jika meninggalkannya tidak berdosa.
Alasan untuk menetapkan hal itu mendapat pahala adalah atas dasar firman Allah swt:
-لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ. -يونس: 26
“Bagi orang-orang yang melakukan kebaikan (akan mendapat) kebaikan dan (disediakan) tambahan (atas kebaikan yang telah diperbuatnya)” –S.Yunus: 26-
Allah swt memberi kabar, bahwasanya siapa saja yang berbuat baik di dunia dengan keimanan (kepada-Nya) maka (balasan) kebaikan di akhirat untuknya, sebagai mana firman Allah:
-هَلْ جَزَاءُ الإِحْسَانِ إِلاّ الإِحْسَانُ. –الرحمن:60
Artinya: “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula)” S. Ar-Rahman: 60.
Kita bisa memahami bahwa orang yang melakukan suatu kebaikan selain mendapatkan balasan atas apa yang telah dia lakukan, terdapat pula tambahan yang disediakan, dan tambahan ini bisa kita sebut sebagai “ganjaran”.
3. Haram:
“Suatu ketentuan larangan dari agama yang tidak boleh dikerjakan. Kalau orang melanggarnya, berdosalah orang itu“.
Contoh: Nabi saw bersabda:
-لاَتَاْتُوا الكُهَّانَ. –رواه الطبراني
“Janganlah kamu datangi tukang-tukang ramal/dukun“. Hadits riwayat Imam Thabrani.
Mendatangi tukang-tukang ramal/dukun dengan tujuan menyakan sesuatu hal ghaib lalu dipercayainya itu tidak boleh. Kalau orang melakukan hal itu, berdosalah ia.
Alasan untuk pengertian haram ini, diantaranya sama dengan alasan yang dipakai untuk menetapkan pengertian wajib, yaitu Al-Qur’an S.An-Nur: 63.
4. Makruh:
Arti makruh secara bahasa adalah dibenci.
“Suatu ketentuan larangan yang lebih baik tidak dikerjakan dari pada dilakukan“. Atau “meninggalkannya lebih baik dari pada melakukannya“.
Sebagai contoh: Makan binatang buas. Dalam hadits-hadits memang ada larangannya, dan kita memberi hukum (tentang makan binatang buas) itu makruh.
Begini penjelasannya: binatang yang diharamkan untuk dimakan hanya ada satu saja, lihat Al-Qur’an Al-Baqarah: 173 yang berbunyi:
-إِنَّمَا حَرَّمَ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةَ وَالدَّمَ وَلَحْمَ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ بِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ… –البقرة: 173
“Tidak lain melainkan yang Allah haramkan adalah bangkai ,darah, daging babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah….”
Kata إِنَّمَا dalam bahasa Arab disebut sebagai “huruf hashr” yaitu huruf yang dipakai untuk membatas sesuatu. Kata ini diterjemahkan dengan arti: hanya, tidak lain melainkan. Salah satu hadits Nabi saw yang menggunakan huruf “innama” ini adalah:
إِنَّمَا أُمِرْتُ بِالْوُضُوْءِ إِذَا قُمْتُ إِلَى الصَّلاَةِ
“Tidak lain melainkan aku diperintah berwudhu’ apabila aku akan mengerjakan shalat“. Hadits riwayat Imam Tirmidzi.
Dengan ini berarti bahwa wudhu hanya diwajibkan ketika akan mengerjakan shalat. Lafazh إِنَّمَا pada ayat ini ia berfungsi membatasi bahwa makanan yang diharamkan itu hanya empat yaitu: bangkai, darah, babi dan binatang yang disembelih bukan karena Allah. Maka kalau larangan makan binatang buas itu kita hukumkan haram juga, berarti sabda Nabi saw yang melarang makan binatang buas itu, menentangi Allah, ini tidak mungkin. Berarti binatang buas itu tidak haram, kalau tidak haram maka hukum itu berhadapan dengan 2 kemungkinan yaitu: mubah atau makruh. Jika dihukumkan mubah tidak tepat, karena Nabi saw melarang bukan memerintah. Jadi larangan dari Nabi itu kita ringankan dan larangan yang ringan itu tidak lain melainkan makruh. Maka kesimpulannya: binatang buas itu makruh.
5. Mubah:
Arti mubah itu adalah dibolehkan atau sering kali juga disebut halal.
“Satu perbuatan yang tidak ada ganjaran atau siksaan bagi orang yang mengerjakannya atau tidak mengerjakannya” atau “Segala sesuatu yang diidzinkan oleh Allah untuk mengerjakannya atau meninggalkannya tanpa dikenakan siksa bagi pelakunya“
Contoh: dalam Al-Qur’an ada perintah makan, yaitu:
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلاَ تُسْرِفُوا إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan” Al-A’raf: 31
Akan tetapi perintah ini dianggap mubah. Jika kita mewajibkan perintah makan maka anggapan ini tidak tepat, karena urusan makan atau minum ini adalah hal yang pasti dilakukan oleh seluruh manusia baik masih balita atau jompo. Sesuatu yang tidak bisa dielak dan menjadi kemestian bagi manusia tidak perlu memberi hukum wajib, maka perintah Allah dalam ayat diatas bukanlah wajib, jika bukan wajib maka ada 2 kemungkian hukum yang dapat kita ambil, yaitu: sunnah atau mubah. Urusan makan atau minum ini adalah bersifat keduniaan dan tidak dijanjikan ganjarannya jika melakukannya, maka jika suatu amal yang tidak mendapat ganjaran maka hal itu termasuk dalam hukum mubah.
WaLLAHU a’lam bis shawaab